Awal mula kedatangan
Kaisar Akihito yang prihatin dengan kondisi KRL Jabotabek yang buruk (mengingat tahun 90-an akhir mulai banyak "Atapers"), menghibahkan KRL ini ke PT KA pada tahun 2000, dan digunakan untuk jalur KRL Jabotabek serta dioperasikan di sebagian besar rute untuk layanan ekspres dengan tambahan pendingin udara (AC). KRL ini menggantikan peran KRL Rheostatik AC dan KRL Bisnis (Rheostatik stainless buatan Kawasaki Heavy Industries dan Hitachi serta KRL BN-Holec dan KRL Hitachi yang merupakan buatan PT INKA). Kedatangan KRL Toei 6000 ini juga menjadi angin segar menuju perubahan sistem KRL Jabodetabek yang lebih baik, mengingat saat itu, kondisi KRL Jabodetabek memang dalam keadaan yang buruk.
Karena asalnya, KRL ini sering disebut sebagai KRL hibah. Pada mulanya, didatangkan 72 kereta yang terdiri dari 8 rangkaian yaitu 6121F, 51F, 61F, 71F, 81F, 6201F, 71F, dan 81F dari Jepang dengan masing-masing rangkaian terdiri dari 6 kereta, dengan total 48 kereta dan juga 24 kereta tengah tambahan sisa dari KRL Toei yang dijual kepada operator lain di Jepang dan diperpendek menjadi 3 atau 2 kereta per set saja.
Pengoperasian Awal (2000-2004)
KRL Toei seri 6000 ini mulai beroperasi mulai tahun 2000-2001, dengan rangkaian 6121F sebagai set pertama yang beroperasi, langsung menggunakan livery Toei Mita Line dari Jepang. Seri KRL ini sejak awal beroperasi di Indonesia sering bergonta-ganti formasi rangkaian, bahkan, ada tiga set yang menggunakan kabin masinis rakitan Balai Yasa Manggarai karena didatangkan tanpa kereta berkabin masinis (disebut sebagai "KRL kabin rakitan").[1] Meskipun KRL ini memiliki potensi untuk menjadi rangkaian 8 kereta sepenuhnya, tetapi pada akhirnya hanya sebanyak 3 set yang memiliki 8 kereta (6121F, 61F, 71F), sedangkan sisanya dijadikan 6 kereta per setnya. Ini berlaku untuk kedua macam model seri 61xx atau seri 62xx.
Awalnya, set KRL ini menggunakan warna bawaan dari Toei, yaitu strip biru muda, tetapi logo Toei di depan diganti dengan logo Departemen Perhubungan (nama Kemenhub saat itu). Bahkan dulu, KRL ini saat benar-benar awal beroperasi tahun 2000-2001, ada yang tidak menggunakan cowcatcher (bemper) di depannya, seperti set 6121F dulu. Namun, khusus untuk rangkaian dengan kabin buatan Balai Yasa Manggarai, yaitu set "Espass" (6177F) dan "Rakitan" (6217F) sudah menggunakan livery warna orange di body dan wajahnya, sedangkan set "Lohan" (6227F) menggunakan livery biru-kuning.
Ketiga rangkaian dengan kabin masinis rakitan ini pun menggunakan logo PT Kereta Api lama di depannya kecuali set 6217F yang menggunakan logo Departemen Perhubungan. Demi keselamatan, cowcatcher pun mulai ditambahkan. Seiring waktu, livery KRL ini diganti dengan warna orange pada tahun 2005 ke atas, dan logo Dephub di wajah KRL diganti dengan logo PT Kereta Api lama. Dan kemudian livery orange ini pun ditambahkan garis kuning beberapa tahun kemudian.
Masa-masa Kedinasan (2005-2011)
KRL hibah ini memang memiliki AC yang cukup dingin pada awalnya, tapi sejak tahun 2010-an keatas KRL ini dikenal memiliki AC yang kurang dingin, dan akibat kesalahan perawatan, AC menjadi sering bermasalah. Panasnya KRL ini juga bisa dikarenakan usia KRL yang semakin tua, mengingat KRL JR East 103 yang juga berdinas di Jabodetabek juga sangat dingin pada awalnya namun panas di akhir masa dinasnya. Semua rangkaian KRL ini bisa dan pernah digunakan untuk semua lintas di Jabodetabek, tetapi, ada rangkaian yang bisa dibilang sering berdinas di lintas tertentu, yaitu 6271F untuk Tangerang dan 6281F untuk Serpong meskipun tidak selalu demikian. Mulanya, KRL yang berteknologi rheostat ini didinaskan untuk KRL Ekspres, apalagi semua kereta dalam satu rangkaian Toei 6000 ini bermesin sehingga akselerasi kereta ini cukup tinggi, yaitu sebesar 3.5 km/h/s.
Setelah itu, tahun 2007, Toei 6281F menjadi set KRL "Ciujung Ekonomi AC" rute Tanah Abang-Serpong, menjadi KRL Ekonomi AC pertama yang membuka jalan untuk KRL Ekonomi AC di jalur lainnya. Rangkaian ini menggunakan livery hijau-kuning, dan satu persatu set KRL mulai tahun 2007-2010 dicat dengan warna ini. Namun, awalnya set 6121F menggunakan warna biru tua-biru muda, meskipun pada akhirnya menggunakan warna hijau-kuning juga.
Lalu, pada tahun 2009 rangkaian 6151F bertabrakan dengan KRL Ekonomi BN-Holec di Kebon Pedes, Bogor, yang mengakibatkan kereta 6252 dan 6155 rusak parah sehingga tidak bisa diperbaiki lagi. Rangkaian yang sempat rusak akibat kecelakaan pun dijadikan rangkaian "Djoko Lelono II" (6151F-6188F), yang merupakan gabungan dari kereta yang mengalami kecelakaan, menggunakan livery garis biru tua.
Berbagai insiden pernah dialami oleh KRL ini (lihat Insiden), tetapi kereta-kereta yang selamat dipersatukan lagi dengan formasi baru dan dibuatlah kabin masinis rakitannya oleh Balai Yasa Manggarai.[1]
Akhir masa kedinasan (2011-2016)
Pada tahun 2011, KRL Toei seri 6000 sebenarnya sudah lebih dari sepuluh tahun berdinas di Indonesia, cukup mengesankan mengingat usia KRL ini sebenarnya sudah cukup tua, lebih dari 40 tahun. Pada periode ini juga, KRL Toei seri 6000 ini mulai dicat dengan livery biru-kuning, sebagai standar pewarnaan KRL yang diimpor era pra-KCJ atau sebelum tahun 2009, dengan variasi motif di wajah KRL serta logo baru PT KAI di sisi depan kabin masinisnya. Livery ini juga merupakan livery terakhir bagi sebagian besar KRL ini, karena satu persatu set mulai pensiun dinas. Terjadi juga perubahan susunan rangkaian, dengan semakin banyaknya rangkaian dengan stamformasi delapan kereta dalam satu rangkaian. Rangkaian yang menjadi donor untuk rangkaian yang lebih panjang akhirnya menjadi kereta feeder untuk rute jarak pendek ataupun dipensiunkan, dan rangkaian yang pertama pensiun adalah 6201F. Seiring waktu, jumlah rangkaian kereta yang dapat beroperasi pun semakin berkurang karena faktor usia kereta.
Sejak tahun 2013, sebagai bentuk peremajaan dan penambahan armada, PT KAI Commuter Jabodetabek mulai mendatangkan KRL seri 205 dari JR East yang lebih baru dan tentunya memiliki AC yang lebih dingin untuk menggantikan KRL yang seringkali dikeluhkan penumpang karena AC-nya panas, salah satunya adalah Toei seri 6000. Ini membuat KRL ini semakin tergeser posisinya sehingga secara perlahan-lahan dipensiunkan, hingga akhirnya kurang lebih sejak tahun 2015 hanya tersisa satu rangkaian yang dapat beroperasi, yaitu rangkaian 6181F, dengan formasi rangkaian yang sudah berubah banyak. Pada periode ini juga, sebagian KRL Toei seri 6000 yang sudah tidak beroperasi ditanahkan di tanah kosong di Dipo Depok untuk membantu mengosongkan jalur di dipo.
Pada tahun 2016, set yang tersisa, yaitu set 6181F, diubah liverynya dengan livery KCJ namun tanpa logo, menggunakan stiker untuk liverynya (tidak dicat), sama dengan KRL-KRL era pra-KCJ sebelumnya, dan ini adalah livery terakhir sebelum KRL ini pensiun setelah terakhir kali beroperasi pada bulan September tahun 2016, mengakhiri karir KRL Toei seri 6000 ini setelah 16 tahun melayani penumpang di wilayah Jabodetabek. Akhirnya, KRL yang belum ditumpuk di Dipo Depok pun dibawa ke Cikaum dan ditumpuk di area penumpukan kereta yang berhadapan langsung dengan bangunan stasiun.
Pada tahun 2018, salah satu kereta berkabin dari seri 6000, yaitu 6181, dipreservasi di Dipo Depok.
Komentar
Posting Komentar